dc.identifier.citation | Elliot, A.J. & Covington, M. (2001). Approach and avoidance motivation. Educational Psychology Review, 13; 2. Forsyth, D.R. (2010). Group dynamic (5th Ed.). Belmont: Wadsworth. Gollwitzer, P.M., &Brandstatter, V. (1996).Motivation.Dalam Antony, S.R.M. & Miles, H (Editor), The Blackwell encyclopedia of social psychology (397-403). Oxford: Blackwell Publishers. Hodgkinson, G.P. & Healey, M. P. (2008). Cognition in organization. Annual Review of Psychology, 59, 387-417. http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/prostitution Koentjoro. (2004). On the spot: Tutur dari sarang pelacur. Yogyakarta: Tinta. KUHP (android version). Mitchell, T.R. (1997). Research in organization behavior.Greenwich: JAI Press. Sansone, C. & Morf, A.T.P. (2003). The sage handbook of method in social psychology. New York: Sage. | in_ID |
dc.description.abstract | Sebuah desa Jawa Tengah menjadi salah satu pemasok pelacur terbesar di Indonesia. Pelacur adalah pekerjaan dengan kasta tertinggi di sana. Sebagian besar perempuan, terutama yang berparas cantik, bercita-cita menjadi pelacur. Sebagian besar pelacur memiliki suami yang juga mendukung profesi mereka tersebut.Tujuan penelitian ini adalah mengungkap proses terbentuknya motif melacur pada warga Desa X dengan pendekatan fenomenologis.Dari hasil wawancara yang didapat dari tiga pelacur (2 pelacur perempuan dan 1 pelacur laki-laki) dan dari hasil observasi, mengungkapkan bahwa motif melacur itu muncul dari proses-proses budaya, dukungan masyarakat, keyakinan agama, ketiadaan delik hukum yang tepat, yang puncaknya menumbuhkan motif kehormatan.Intervensi psikologis berbasis sistem diperlukan untuk mencegah dan memutus proses-proses “menjadi pelacur” yang sedang berlangsung di masyarakat. | in_ID |