dc.identifier.citation | Hastuti, R. P., Yuliando, H., dan Aziz, I. W. F., 2015, Production Scheduling Using Mixed Integer Programming: Case of Bread Small and Medium Enterprise at Yogyakarta, Proceedings of the 2014 International Conference on Agro-industry (ICoA) : Competitive and sustainable Agro-industry for Human Welfare, hal 211-215. Jian-hua, J., Li-li, Q., dan Qiao-lun, G., 2007, Study on CODP Position of Process Industry Implemented Mass Customization, Journal of Systems Engineering – Theory & Practice, Vol. 27, hal 151-157. Kober, J., dan Heinecke, G., 2012, Hybrid Production Strategy Between Make-to-Order and Maketo-Stock – A Case Study at a Manufacturer of Agricultural Machinery with Volatile and Seasonal Demand, Proceedings of the 45 328 th CIRP Conference on Manufacturing Systems, hal 453-458. Purnomo, M. R. A., dan Sufa, M. F., 2015, Simulation-based performance improvement towards mass customization in make to order repetitive company, Proceedings of the 2 International Materials, Industrial, and Manufacturing Engineering Conference, hal 408412. Rudberg, M., dan Wikner, J., 2004, Mass Customization in terms of the customer order decoupling point, Journal of Production, Planning & Control, No. 4, Vol. 15, hal 445-458. Shidpour, H., Cunha, C. Da., dan Bernard, A., 2014, Analyzing single and multiple customer order decoupling point positioning based on customer value: A multi-objective approach, Proceedings of the 47 th CIRP Conference on Manufacturing Systems, hal 669-674. | in_ID |
dc.description.abstract | Permintaan konsumen terhadap produk yang beraneka ragam menuntut perusahaan
manufaktur untuk selalu dapat memenuhi permintaan konsumen. Berbagai usaha dilakukan
oleh perusahaan manufaktur untuk menciptakan produk yang berkualitas dengan berorientasi
pada keinginan dan harapan konsumen. Pada lingkungan manufaktur Make-to-Order (MTO),
pada umumnya proses produksi dilakukan setelah menerima pesanan dari konsumen, sehingga
menyebabkan panjangnya lead time. Sedangkan secara umum konsumen menginginkan produk
yang dapat diproduksi dengan cepat dan memiliki keragaman yang tinggi. Oleh karena itu,
perusahaan manufaktur dituntut untuk dapat menerapakan strategi hybrid manufacturing yaitu
dengan menggabungan dua konsep proses produksi berdasarkan pesanan dan persediaan.
Konsep tersebut digunakan untuk menggabungkan antara kebutuhan konsumen akan
keragaman produk yang tinggi dan waktu respon yang cepat. Penelitian ini bertujuan untuk
merancang suatu sistem manufaktur yang dapat memproduksi berbagai macam produk dengan
manufacturing lead time yang singkat. Untuk mencapai sistem manufaktur yang memiliki
fleksibilitas tinggi, pada penelitian ini menggunakan konsep Mass Customization (MC).
Implementasi MC adalah menentukan level keragaman produk yang ditawarkan kepada
konsumen yang berpengaruh dalam menentukan posisi Customer Order Decoupling Point
(CODP). Dalam menganalisis manufacturing lead time menggunakan penjadawalan produksi
untuk mencari makespan optimal melalui urutan pengerjaan (job) dengan pendekatan
Algoritma Campbell, Dudek, Smith (CDS). Studi kasus diambil dari sistem manufaktur pada
UKM Sogan Batik Rejodani di Sleman, Yogyakarta. Hasil pada penelitian ini menunjukkan
bahwa sistem manufaktur yang diusulkan dapat mengurangi lead time dari 30 hari menjadi
4,789 hari dengan pengurangan lead time sebesar 84,04%. | in_ID |