Show simple item record

dc.contributor.authorNurwidayati, Anis
dc.date.accessioned2016-11-03T03:07:40Z
dc.date.available2016-11-03T03:07:40Z
dc.date.issued2016-05-21
dc.identifier.citation1. WHO. Schistosomiasis Fact Sheet. http://www.who.int. Published 2010. 2. Hadidjaja P. Schistosomiasis Di Indonesia. Jakarta: UI Press; 1985. 3. Jastal, Ambar Gardjito T, Mujiyanto, Chadijah S R. Analisis Spasial Epidemiologi Schistosomiasis Dengan Menggunakan Pengindraan Jarak JAuhdan Sistem Informasi Geografis Di Sulawesi Tengah. Donggala; 2008. 4. Sudomo M. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profr Ris Bid Entomol dan Moluska. 2008. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Laporan Schistosomiasis SUlawesi Tengah.; 2015. 6. Badan Litbangkes. Kajian Penyakit Menular Utama dan Neglected. 2013;(11). 7. Anis Nurwidayati, Ni Nyoman Veridiana, Octaviani Y. Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Merah (Jatropha gossypiifolia L), Jarak Pagar (J.curcas), dan Jarak Kastror (Riccinus communis) Famili Euphorbiaceae terhadap Hospes Perantara Schistosomiasis, Keong Oncomelania hupensis lindoensis. BALABA. 2014;10(1):9-14. 8. Devappa RK, Rajesh SK, Kumar V, Makkar HPS, Becker K. Ecotoxicology and Environmental Safety Activities of Jatropha curcas phorbol esters in various bioassays. Ecotoxicol Environ Saf. 2012;78:57-62. doi:10.1016/j.ecoenv.2011.11.002. 9. Rug M, Ruppel A. Toxic activities of the plant Jatropha curcas against intermediate snail hosts and larvae of schistosomes. 1997. 10. Jianbin L. Study Of Plant Molluscicide From Jatropha curcas seed (JCS) In Laboratory. Hubei Institute Of Schistosomiasis Control. http//www.Intox.Org/databank/documents/plant/jatropha/jcurc.htm. Published 2000. 11. Chimbari MJ. Enhancing schistosomiasis control strategy for zimbabwe: building on past experiences. J Parasitol Res. 2012;2012:353768. doi:10.1155/2012/353768. 12. Evers BN, H Masden KM and JS. The schistosome intermediate host, Bulinus nyassanus, is a preferred food for the cichlid fish, Trematocranus placodon, at Cape Maclear, Lake Malawi. Ann Trop Med Parasitol. 2006;100:75-85. 13. Kloos H, de Souza C, Gazzinelli a, et al. The distribution of Biomphalaria spp. in different habitats in relation to physical, biological, water contact and cognitive factors in a rural area in Minas Gerais, Brazil. Mem Inst Oswaldo Cruz. 2001;96 Suppl(Freitas 1968):57-66. doi:S0074-02762001000900008 [pii]. 14. Pointier JP, Jourdane J. Biological control of the snail hosts of schistosomiasis in areas of low transmission: The example of the Caribbean area. Acta Trop. 2000;77(1):53-60. doi:10.1016/S0001706X(00)00123-6. 15. Souza CP. Molluscicide control of snail vectors of schistosomiasis. Mem??rias do Inst Oswaldo Cruz. 1995;90(2):165-168. doi:10.1590/S0074-02761995000200007.in_ID
dc.identifier.issn2557-533X
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/7932
dc.description.abstractSchistosomiasis merupakan penyakit parasit paling mematikan kedua setelah malaria. Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, Kabupaten Sigi dan dataran tinggi Napu dan dataran tinggi Bada, Kabupaten Poso. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing trematoda Schistosoma japonicum. Cacing ini membutuhkan keong perantara untuk melangsungkan siklus hidupnya, yaitu Oncomelania hupensis lindoensis. Keong tersebut berkembang biak di habitat yang disebut daerah fokus. Pengendalian fokus keong menjadi salah satu upaya penting dalam memutus rantai penularan schistosomiasis. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai modifikasi lingkungan sebagai upaya pengendalian fokus keong perantara schistosomiasis dalam rangka pengendalian schistosomiasis. Makalah disusun berdasarkan studi literatur dan data sekunder yang dikumpulkan. Hasil menunjukkan bahwa pengendalian keong yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah secara mekanik dan kimia. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan manajemen dan modifikasi lingkungan berupa penanaman lahan kosong dengan tanaman produktif, mengubah daerah fokus keong menjadi sawah atau kolam ikan. Kesimpulan yang diperoleh adalah modifikasi lingkungan yang dilakukan secara tepat, terpadu dan intensif dapat membantu menurunkan angka prevalensi schistosomiasis.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartain_ID
dc.subjectSchistosomiasisin_ID
dc.subjectKeongin_ID
dc.subjectModifikasi Lingkunganin_ID
dc.subjectSulawesi Tengahin_ID
dc.titleModifikasi Lingkungan Untuk Pengendalian Schistosomiasis di Daerah Endemis Sulawesi Tengahin_ID
dc.title.alternativeThe Environmental Modification To Schistosomiasis Control In Endemic Areas, Central Sulawesiin_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record