dc.identifier.citation | 1. WHO. Schistosomiasis Fact Sheet. http://www.who.int. Published 2010. 2. Hadidjaja P. Schistosomiasis Di Indonesia. Jakarta: UI Press; 1985. 3. Jastal, Ambar Gardjito T, Mujiyanto, Chadijah S R. Analisis Spasial Epidemiologi Schistosomiasis Dengan Menggunakan Pengindraan Jarak JAuhdan Sistem Informasi Geografis Di Sulawesi Tengah. Donggala; 2008. 4. Sudomo M. Penyakit Parasitik Yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Orasi Pengukuhan Profr Ris Bid Entomol dan Moluska. 2008. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Laporan Schistosomiasis SUlawesi Tengah.; 2015. 6. Badan Litbangkes. Kajian Penyakit Menular Utama dan Neglected. 2013;(11). 7. Anis Nurwidayati, Ni Nyoman Veridiana, Octaviani Y. Efektivitas Ekstrak Biji Jarak Merah (Jatropha gossypiifolia L), Jarak Pagar (J.curcas), dan Jarak Kastror (Riccinus communis) Famili Euphorbiaceae terhadap Hospes Perantara Schistosomiasis, Keong Oncomelania hupensis lindoensis. BALABA. 2014;10(1):9-14. 8. Devappa RK, Rajesh SK, Kumar V, Makkar HPS, Becker K. Ecotoxicology and Environmental Safety Activities of Jatropha curcas phorbol esters in various bioassays. Ecotoxicol Environ Saf. 2012;78:57-62. doi:10.1016/j.ecoenv.2011.11.002. 9. Rug M, Ruppel A. Toxic activities of the plant Jatropha curcas against intermediate snail hosts and larvae of schistosomes. 1997. 10. Jianbin L. Study Of Plant Molluscicide From Jatropha curcas seed (JCS) In Laboratory. Hubei Institute Of Schistosomiasis Control. http//www.Intox.Org/databank/documents/plant/jatropha/jcurc.htm. Published 2000. 11. Chimbari MJ. Enhancing schistosomiasis control strategy for zimbabwe: building on past experiences. J Parasitol Res. 2012;2012:353768. doi:10.1155/2012/353768. 12. Evers BN, H Masden KM and JS. The schistosome intermediate host, Bulinus nyassanus, is a preferred food for the cichlid fish, Trematocranus placodon, at Cape Maclear, Lake Malawi. Ann Trop Med Parasitol. 2006;100:75-85. 13. Kloos H, de Souza C, Gazzinelli a, et al. The distribution of Biomphalaria spp. in different habitats in relation to physical, biological, water contact and cognitive factors in a rural area in Minas Gerais, Brazil. Mem Inst Oswaldo Cruz. 2001;96 Suppl(Freitas 1968):57-66. doi:S0074-02762001000900008 [pii]. 14. Pointier JP, Jourdane J. Biological control of the snail hosts of schistosomiasis in areas of low transmission: The example of the Caribbean area. Acta Trop. 2000;77(1):53-60. doi:10.1016/S0001706X(00)00123-6. 15. Souza CP. Molluscicide control of snail vectors of schistosomiasis. Mem??rias do Inst Oswaldo Cruz. 1995;90(2):165-168. doi:10.1590/S0074-02761995000200007. | in_ID |
dc.description.abstract | Schistosomiasis merupakan penyakit parasit paling mematikan kedua setelah malaria. Schistosomiasis di
Indonesia hanya ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di dataran tinggi Lindu, Kabupaten Sigi dan
dataran tinggi Napu dan dataran tinggi Bada, Kabupaten Poso. Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh
cacing trematoda Schistosoma japonicum. Cacing ini membutuhkan keong perantara untuk melangsungkan
siklus hidupnya, yaitu Oncomelania hupensis lindoensis. Keong tersebut berkembang biak di habitat yang
disebut daerah fokus. Pengendalian fokus keong menjadi salah satu upaya penting dalam memutus rantai
penularan schistosomiasis. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai modifikasi lingkungan
sebagai upaya pengendalian fokus keong perantara schistosomiasis dalam rangka pengendalian schistosomiasis.
Makalah disusun berdasarkan studi literatur dan data sekunder yang dikumpulkan. Hasil menunjukkan bahwa
pengendalian keong yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan adalah secara mekanik dan kimia. Pengendalian
secara mekanik dilakukan dengan manajemen dan modifikasi lingkungan berupa penanaman lahan kosong
dengan tanaman produktif, mengubah daerah fokus keong menjadi sawah atau kolam ikan. Kesimpulan yang
diperoleh adalah modifikasi lingkungan yang dilakukan secara tepat, terpadu dan intensif dapat membantu
menurunkan angka prevalensi schistosomiasis. | in_ID |