• Login
    View Item 
    •   Home
    • Proceedings
    • Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS
    • Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS VIII 2017
    • View Item
    •   Home
    • Proceedings
    • Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS
    • Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS VIII 2017
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Tradisi Menyalukut sebagai Upaya Mitigasi Bencana Kebakaran Lahan di Sub DAS Amandit

    Thumbnail
    View/Open
    semnasgeo2017_10.pdf (3.040Mb)
    Date
    2017-05-22
    Author
    Ardhana, Adnan
    Susanti, Pranatasari Dyah
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Kebakaran lahan gambut, merupakan kejadian yang hampir terjadi pada setiap musim kemarau. Kerugian yang ditimbulkan akibat bencana kebakaran ini sangat tinggi. Bukan hanya asap yang sangat menganggu, tetapi juga rusaknya ekologi di lahan gambut yang tidak ternilai harganya. Selama ini, persiapan lahan baik untuk pertanian maupun perkebunan menggunakan tindakan pembakaran, yang dianggap lebih efektif. Untuk mengurangi risiko terjadinya bencana kebarakan lahan, maka diperlukan upaya mitigasi yang tepat, salah satunya adalah dengan tradisi api terkendali. Tradisi penggunaan api terkendali untuk persiapan lahan pertanian dan perkebunan dengan menerapkan manajemen penggunaan api pada masyarakat Dayak, dikenal dengan istilah “menyalukut”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fungsi-fungsi manajemen dalam tradisi “menyalukut” di Desa Lumpangi, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Propinsi Kalimantan Selatan yang merupakan daerah tangkapan sungai Ahan Sub DAS Amandit. Penelitian ini menggunakan metode survey dan wawancara. Responden dipilih secara purpossive sampling. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara diskriptif kualitatif sesuai dengan keluaran yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat 4 fungsi manajemen yang dilakukan dalam tradisi “menyakulut”, diantaranya: (1) fungsi perencanaan (koordinasi, penentuan lokasi dan tebas semak); (2) pengorganisasian (pembagian kelompok); (3) pergerakan (proses pembakaran dengan sistem bakar balas) dan (4) pengendalian (pengontrolan api dan sanksi). Meskipun tradisi ini terbukti efektif menjaga kebakaran lahan pada wilayah tersebut, namun kebijakan zero burning yang saat ini gencar disosialisasikan pemerintah juga harus dilaksanakan, sehingga inovasi teknologi persiapan lahan tanpa bakar yang murah dan efisien mutlak diperlukan untuk mencegah kemungkinan pembakaran hutan dilakukan secara sembunyisembunyi dan dapat mengakibatkan kebakaran hutan dalam skala luas.
    URI
    http://hdl.handle.net/11617/9006
    Collections
    • Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS VIII 2017

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    Publikasi IlmiahCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    Login

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV