Hubungan Pemilihan Pola Pemanfaatan Lahan dengan Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Hulu DAS: Kasus di Sub DAS Naruan, Kabupaten Wonogiri
Abstract
Pertumbuhan penduduk yang pesat telah mendorong masyarakat
memanfaatkan lahan di wilayah hulu DAS untuk tanaman semusim yang
seharusnya sudah dijadikan kawasan lindung. Teknologi rehabilitasi hutan
dan lahan (RHL) yang berbasis pohon, salah satu solusi yang ditawarkan.
Namun solusi ini masih sulit dilaksanakan oleh sebagian masyarakat
sehingga lahan kembali seperti semula. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui sejauhmana hubungan pemilihan pola pemanfaatan lahan
dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan mencari alternative pola
pemanfaatan lahan yang sesuai. Penelitian dilakukan dari tahun 2015
sampai tahun 2016 dan dirancang sebagai penelitian aksi. Responden
sebanyak 90 orang dipilih purposive dari peserta proyek rehabilitasi
SubDAS Naruan seluas 957,12 ha, yang meliputi tiga desa, yaitu Desa
Bubakan, Desa Wonokeling dan Desa Wonoharjo. Data terkait dengan polapola
pemanfaatan lahan tegalan dan kondisi sosial ekonomi petani.
Pengolahan data dilakukan dengan tabulasi frekwensi dan regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga pola
pemanfaatan lahan oleh petani, pertama pola tanaman semusim yang
dicampur dengan tanaman keras dan rumput; kedua pola tanaman keras
dicampur dengan semusim; dan ketiga pola tanaman semusim tanpa
tanaman keras. Pemilihan pola tersebut sangat terkait dengan pekerjaan
pokok masyarakat (koefisien korelasi -0,41), kebiasaan merantau (-0,378),
status kepemilikan lahan (0,345), serta jumlah tanggungan keluarga (-
0,221). Semakin pekerjaan utamanya petani maka responden semakin
memilih pola tanaman semusim dan menolak pola full tanaman keras.
Sebagai alternative pola pemanfaatan lahan di hulu DAS dapat ditempuh
dengan pola selang-seling antara tanaman keras (kayu-kayuan) dengan
tanaman semusim, yang disebut dengan “surjan”.