dc.identifier.citation | Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Ariyani, E., D. (2013). Gambaran Mengenai Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Yang Berprestasi Di Lingkungan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung. Prosiding Seminar Nasional Psikologi UNISBA. ISBN 978-979-8634-44-4, 167-174. Diunduh dari: www. polman-bandung.ac.id/panel/view/pdf/6.%20Gambaran%20Mengenai%20Subjective.. (Emma).pdf Bastaman, H. D. (1996). Meraih Hidup Bermakna, Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis. Jakarta: Penerbit Paramadina. Compton, W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. USA: Thomson Learning. Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective Well-Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125(2), 276-302. Diunduh dari: https:// internal.psychology.illinois.edu/~ediener/Documents/Diener-Suh-Lucas-Smith_1999. pdf Elfida, D., Lestari, Y. I., Diamera, A., Angraeni, R., & Islami, S. (2014). Hubungan Baik Dengan Orang yang Signifikan dan Kontribusinya Terhadap Kebahagiaan Remaja Indonesia. Jurnal Psikologi, 10(2), 66-73. Diunduh dari: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ psikologi/article/download/1182/1074 Eryilmaz, A. (2011). Satisfaction of Needs and Determining of Life Goals: A Model of Subjective Well-Being for Adolescents in High School. Educational Sciences: Theory & Practice, 11(4). Diunduh dari: files.eric.ed.gov/fulltext/EJ962673.pdf Gunarsa, S. D. (2002). Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hamdana, F., & Alhamdu. (2015). Subjective Well-Being Siswa MAN 3 Palembang yang Tinggal di Asrama. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami, 1(1). Diunduh dari: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/download/560/498 Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika. Linely, P. A., & Joseph, S. (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc. Nayana, F. N. (2013). Kefungsian Keluarga dan Subjective Well-Being pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 230-244. Diunduh dari: http://ejournal.umm.ac.id/index. php/jipt/article/viewFile/1580/1680 Pramudita, R. (2014). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Negeri I Belitang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57(6), 10681081. Diunduh dari: aging.wisc.edu/pdfs/379.pdf Ryff, C. D., & Keyes, L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719-727. Diunduh dari: midus. wisc.edu/findings/pdfs/830.pdf | in_ID |
dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan kondisi subjective
well-being pada siswa SMP yang membolos. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptifkualitatif
dengan
model
penelitian
fenomenologi,
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
siswa
perempuan
lebih
sering
membolos daripada siswa
laki-laki. Mereka
merasa tidak
puas
dengan
yang
dirasakan
pada keadaannya saat ini yaitu bosan, sedih, serta belum menemukan sesuatu
yang
bisa membuat senang dan salah satu dari mereka merasa menyesal karena membolos
sekolah.
Subjek memiliki hubungan
yang tidak baik dengan orang tua dan guru, mereka merasa
tidak
nyaman
saat
berada
di
sekolah
karena
tidak
menyukai
teman
di
sekolah,
tidak
mengerjakan
pekerjaan
rumah
dan merasa capek untuk sekolah. Oleh sebab itu, subjek tidak dapat menolak
ajakan
dari teman
untuk membolos karena mereka menjadikan bolos
sekolah sebagai cara untuk
menyelesaikan
masalah
yang dialami. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi subjective
wellbeing
pada
siswa
yang membolos
adalah
hubungan
sosial,
faktor
kepribadian,
faktor
optimisme
dan
rasa syukur,
pengalaman, dan keyakinan dalam diri. | in_ID |