Penentuan Lokasi Base Transceive Station (BTS) Bersama di Kota Semarang dengan Model Set Covering Problem
dc.contributor.author | Nurwidiana, N | |
dc.contributor.author | Syakhroni, Akhmad | |
dc.contributor.author | Hamirudin, H | |
dc.date.accessioned | 2018-05-25T01:11:45Z | |
dc.date.available | 2018-05-25T01:11:45Z | |
dc.date.issued | 2018-03 | |
dc.identifier.citation | Alfi M, (2013). Menara Telekomunikasi di Semarang Akan Ditertibkan. www.Tribunnews.com (di akses pada 14 April 2017) Bekti N. (2017). Penerapan Metode Set Covering Problem dalam Penentuan Lokasi dan Alokasi Sampah di Wilayah Kota Surakarta. UMS : Surakarta Bullough, Goldsmith, A. (2009). Wireless Communications. Journal of the Acoustical Society of America, 207(4), 2354. https://doi.org/10.1121/1.3582201 Daskin, M. S. (2008). What you should know about location modeling. Naval Research Logistics, 55(4), 283–294. https://doi.org/10.1002/nav.20284 Doddy P., Udisubakti C., Panji S. (2016). Analisis penempatan Gudang Bantuan OMSP Tanggap Darurat Bencana Alam Menggunakan Metode set covering problem dan ANP. Proseding Seminar Nasional Pascasarjana. STTAL:Cilacap Faiz, 2005, Global System for Mobile Communication (GSM), http://purwakarta.org/flash/GSM.pdf, Djuanedi, M (2014) Penataan Pembangunan Menara Telekomunikasi dengan Menara Bersama. http://lombokbaratkab.go.id/penataan-pembangunan-menara-telekomunikasi-dengan-menara-bersama/ (diakses pada tanggal 29 Desember 2017) Perhubungan, Dinas and Kabupaten Blitar. 2014. “Perencanaan Kebutuhan Base Transceiver Station ( BTS ) dan Optimasi Penempatan Menara Bersama Telekomunikasi Requirements Planning Base Transceiver Station ( BTS ) Placement and Optimization of Shared Telecommunications.” 4(3):151–59. Blitar Rappaport, Theodore S. (1996). Wireless Communication, Principle and Practice. New Jersey: Prentice Hall Inc. Susilowati, E. (2010). PENENTUAN LOKASI BASE TRANSCEIVER STATION ( BTS ) BERSAMA DI KOTA SURAKARTA DENGAN MODEL Set Covering Problem, 1–128. Tekknik Industri UMS Samsulbahri. (2009). Konsep Dasar Telekomunikasi Seluler.http://samsul-nar.blogspot.com/2009/04/konsep-dasar-telekomunikasi-seluler.html Utama, Eriko. 2004. Modul Pelatihan ARCGIS/MAPINFO, Comlabs ITB. Bandung. Wibisono G., Usman UK., Hantoro G. D. (2008). Konsep Teknologi Seluler. Bandung: Informatika Wikipedia, (2009) Operator Seluler di Indonesia. www.wikipedia.com (diakses pada 23 April 2017) | id_ID |
dc.identifier.issn | 2621-0789 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/9770 | |
dc.description.abstract | Jumlah base transceiver station (BTS) semakin meningkat dari tahun ketahun berbanding lurus dengan tingkat permintaan konsumen yang harus dilayani oleh pengguna jasa telekomunikasi. Saat ini tercatat 185 tower BTS berdiri di kota Semarang yang digunakan 4 operator seluler GSM untuk dapat menjangkau permintaan konsumen. Banyaknya BTS mengakibatkan langit kota dipenuhi dengan bangunan tower yang mengganggu estetika kota. Hal ini terjadi karena operator-operator jaringan masih menggunakan tower untuk menara BTS sendiri-sendiri. Padahal menara BTS dapat menampung 5 operator seluler. Dengan penggunaan BTS secara bersama-sama diharapkan mampu memberikan penghematan biaya operasional yang harus dikeluarkan operator seluler, dan dapat menjaga nilai estetika kota Semarang. Untuk itu diperlukan penentuan lokasi BTS bersama yang optimal, agar dapat mencakup semua wilayah dengan jumlah BTS paling sedikit. Penelitian ini akan melakukan penentuan lokasi-lokasi yang optimal untuk mendirikan BTS bersama namun tetap mencover seluruh area permintaan pelanggan.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi titik-titik BTS existing saat ini untuk dapat memperoleh titik-titik optimum lokasi BTS bersama di kota semarang yang dapat mencover seluruh permintaan pelanggan seluler di Kota Semarang yang terdapat di 279 titik. Dengan menggunakan model set covering problem ditemukan jumlah optimal yang dapat digunakan sebagai BTS Bersama yakni sebanyak 61 BTS. Penurunan jumlah tersebut bersamaan dengan penghematan biaya operasional sebesar Rp 462.627.600.000 dari biaya awal sebesar Rp 695.822.000.000 menjadi Rp 233.194.400.000, atau turun sebanyak 66,49%. | id_ID |
dc.language.iso | other | id_ID |
dc.publisher | IENACO (Industrial Engineering National Conference) 6 2018 | id_ID |
dc.subject | base transceiver station | id_ID |
dc.subject | penggunaan bersama | id_ID |
dc.subject | Set Covering Problem | id_ID |
dc.title | Penentuan Lokasi Base Transceive Station (BTS) Bersama di Kota Semarang dengan Model Set Covering Problem | id_ID |
dc.type | Article | id_ID |
Files in this item
This item appears in the following Collection(s)
-
IENACO (Industrial Engineering National Conference) 6 2018
Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Era Industry 4.0