• Login
    View Item 
    •   Home
    • Proceedings
    • Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
    • Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2013
    • View Item
    •   Home
    • Proceedings
    • Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya
    • Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2013
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Revitalisasi SLB Pasca Implementasi Sekolah Inklusi

    Thumbnail
    View/Open
    Full Text (150.4Kb)
    Date
    2013-05-15
    Author
    Slamet Hw
    Joko, Santosa
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang mengikutsertakan ABK untuk belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah biasa. Sekolah Luar Biasa (SLB) diselenggarakan untuk melayani anak dalam usia sekolah yang berkebutuhan khusus (memiliki kelainan fisik atau mental). Bila penyelenggaraan pendidikan inklusif sudah bisa menampung semua anak yang berkebutuhan khusus, maka sekolah luar biasa menjadi tidak diperlukan lagi. Terlepas dari kenyataan penyelenggaraan kelas inklusi, yang menjadi masalah adalah bagaimana keberadaan Sekolah Luar Biasa pasca implementasi Sekolah Inklusi. Atas dasar tersebut, maka perlunya penelitian untuk mengetahui permasalahan penyelenggaraan SLB pasca implementasi Sekolah Inklusi. Penelitian dilaksanakan pada 12 SLB di empat Kabupaten/Kota wilayah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekalipun diselenggarakan sekolah inklusi, semua responden menjawab optimis, bahwa SLB tetap akan exis, tidak ada masalah karena berbagai alasan: (1) tidak semua ABK bisa ditampung/ditangani oleh Sekolah Inklusi, anak tuna grahita (ringan, sedang) yang memiliki ciri khusus yaitu IQ-nya dibawah anak normal biasa tidak bisa di ikut sertakan pada kelas inklusi bersama anak normal biasa, anak tuna rungu wicara juga juga tidak mudah masuk kelas inklusi, anak tuna netra yang memiliki IQ normal diatas rata-rata memungkinkan bisa masuk di Sekolah inklusi asal disertai dengan Guru Pembimbing Khusus (GPK), anak tuna daksa yang memiliki IQ normal diatas rata-rata paling memungkinkan bisa diterima di Sekolah Inklusi, anak lambat belajar dan anak autis juga memungkinkan bisa ditangani oleh Sekolah Inklusi asal ada GPK, (2) sebagian besar orang tua dari anak penyandang ketunaan masih lebih mempercayakan anaknya dididik di SLB yang sudah cukup berpengalaman daripada memasukkan anaknya pada Sekolah Inklusi yang belum berpengalaman, (3) Sekolah Inklusi bisa dibuka di daerah / kecamatan dimana tidak ada SLB-nya; tentang GPK-nya bisa bekerjasama dengan SLB terdekat, (4) sebagian besar masyarakat, terutama dari kalangan orang tua anak ABK belum tahu persis apa itu Sekolah Inklusi dibanding SLB yang sudah lebih familiar, dan (5) SLB yang ada sekarang ini sudah cukup mapan, sarana dan prasarana cukup memadai, gedung dan peralatan cukup representatif, secara institusional memiliki legalitas yang kuat, tenaga cukup profesional sehingga SLB akan tetap exis keberadaannya sekalipun telah ada Sekolah Inklusi.
    URI
    http://hdl.handle.net/11617/3254
    Collections
    • Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2013

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    Publikasi IlmiahCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    Login

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV