Konservasi Spasial dan Psikologi Pada Permukiman Migran Madura Kelurahan Kotalama - Malang
View/ Open
Date
2016-12-07Author
Asikin, Damayanti
Antariksa
Wulandari, Lisa Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Masalah konservasi warisan abad ke-21 adalah meningkatkan warisan untuk kehidupan modern,
dengan objek penelitian berupa adaptasi warisan arsitektur dan cara menggunakannya. Pembahasan
gagasan ruang sebagai nilai warisan membangun pendekatan baru untuk konservasi arsitektur
modern yang kompleks. Konsep konservasi yang didasarkan pemahaman bahwa ruang merupakan
warisan budaya disebut juga sebagai konservasi spasial. Ruang merupakan dimensi arsitektur yang
membedakannya dari ekspresi artistik yang lain sehingga ruang harus dipertimbangkan sebagai
objek konservasi itu sendiri, bukan hanya sebagai produk hasil konsolidasi, restorasi dan konservasi
batas-batas fisiknya. Selain konservasi spasial, terdapat pula teori konservasi psikologi yang
menyebutkan bahwa persepsi tempat dan kognisi memberikan gambaran pada mental dan tempat
secara kolektif. Kota Malang merupakan salah satu tujuan migrasi masyarakat Madura yang berasal
dari Kabupaten Bangkalan sejak tahun 1930, namun hingga saat ini Migran Madura yang
bermigrasi ke Kota Malang bukan hanya berasal dari Bangkalan saja, tetapi juga dari daerahdaerah
kabupaten lain di Pulau Madura seperti Pamekasan, Sampang dan Sumenep. Permukiman
Kotalama Malang merupakan salah satu titik aglomerasi Migran Madura di Kota Malang. Oleh
sebab itu ingin diketahui bagaimana konsep dan bentuk konservasi yang diterapkan Migran Madura
pada permukiman urban di Kelurahan Kotalama Malang sebagai upaya proses penyesuaian dalam
lingkungannya yang baru. Hasil kajian menunjukkan bahwa konservasi spasial dan konservasi
psikologi diterapkan bersama-sama, saling melengkapi. Konservasi psikologi menjadi bekal
pengalaman ruang yang dibawa migran dari tempat asalnya melengkapi konservasi spasial.
Konservasi spasial lebih mendominasi pada aspek tangible sedangkan konservasi psikologi lebih
mendominasi pada aspek intangible.