dc.identifier.citation | Dit PSMP Kemdiknas. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajarandi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktorat PSMP Kemdiknas. Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I. Eliade, Mircea. 2002. Mitos: Gerak Kembali yang Abadi, Kosmos Sejarah. Terj. Yogyakarta: ikon Teralitera Frye, Mike at all. (Ed.) 2002. Character Education: Informational Handbook and Guide for Support and Implementation of the Student Citizent Act of 2001. North Carolina: Public Schools of North Carolina. Kemdiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. KGPA Amangkunegara III. Kaserat dening Kamajaya. 1990. Serat Centini. Yogyakarta: Yayasan Centini Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Mulkan, Abdul Munir. 2003. Syekh siti Jenar: Membuka Pintu Makrifat. Yogyakarta: Ahad Kusuma Djaja Mulkan, Abdul Munir. 2003. Ajaran dan Jalan KematianSyekh siti Jenar: Konflik Elite dan Lahirnya Mas Karebet. Yogyakarta: Kreasi Wacana Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Purbotjaroko. 1952. Kepustakan Jawi. Djakarta: Penerbit Djambatan Purwadi dan Waryanti, Endang. 2015. Tembang Dolanan. Yogyakarta: Laras Media Prima Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I. Pusat Kurikulum Kemdiknas. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas. Simon, Hasanu. 2005. Misteri Syekh Siti Jenar: Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa. Jogyakarta: Pustaka Pelajar Stockdale, John Joseph. 2010. Eksotisme: Jawa: Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Penerbit Progresif Book Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Zainuddin. 2008. Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar | in_ID |
dc.description.abstract | Dinamika pembangunan bangsa dan kebangsaan terus berjalan dinamis, tantangan
demi tantangan silih berganti sesuai dengan jamannya. Pola-pola perilaku bangsa ini
bergerak terus dalam konsep karakter yang tidak jauh berbeda sari waktu ke waktu.
Semenjak jaman kerajaan Demak Berjaya, zaman penjajahan berpindah ke
penjajahan berikutnya, dari pemerintah Soekarno, Soeharto, ke pemerintah
berikutnya, upaya pembangunan kebangsaan yang satu tidak pernah berhenti, tidak
sedikit jiwa raga dan harta benda terkorbankan, tetapi deru pembangunan tidak
tumbuh pada pola yang diinginkan. Bahkan pola dan masalah kebangsaan berulangulang
sebagaimana teori sejarah kemanunggalan kebangsaan. Melalui metode analisis
kasus, dengan mengambil kasus kecil, pola keberulangan sejarah kemanunggalan itu
Nampak nyata. Instrumen pendidikan yang diambil beberapa waktu lalu, pendidikan
karakter dititipkan pada mata pelajaran tertentu, nampaknya tidaklah memberikan
hasil yang menggembirakan. Mapel itu sibuk dengan pembelajaran dogmatic
peribadatan, mengkoparabelkan antara nilai universal dengan nilai lokal tanpa
pustaka yang cukup. Karena itu pembentukan karakter kebangsaan kita makin
ketinggalan dengan bangsa lain. Nampaknya pemberikan porsi yang proporsional
kepada budaya ibu, budaya nasional, dan internasional menjadi pilihan lain.
Instrumen yang dikedepankan tahapan awal adalah penanaman nilai kejujuran,
perilaku cerdas, dan budaya antri, melalui pendekatan keteladanan.
Pemberian proprsi yang besar dan nyata pada dimensi psikomotorik (disamping
koqnitif dan affektif) akan menjadi bahan pencerahan pagi pendidikan karakter. | in_ID |