Show simple item record

dc.contributor.authorPratisti, Wiwien Dinar
dc.contributor.authorHelmi, Avin Fadilla
dc.date.accessioned2015-12-19T02:32:04Z
dc.date.available2015-12-19T02:32:04Z
dc.date.issued2014-05-24
dc.identifier.citationGiorgi, A. & Giorgi, B. (2006). Phenomenology. Dalam Smith, J.A. Qualitative Psychology. A Practical guide to research methods. London: SAGE Publication, Ltd. Carver, C.R. & Scheier, M.F. (1998). On the self-regulation of behavior. New York: Harper Collins. Darmayanti, N. (2012). Kesejahteraan subjektif remaja penyintas bencana Tsunami 2004. Ringkasan disertasi. Yogyakarta: Program Doktor Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Dunovold, P.A. (1997). Happiness, hope, and optimism. Northridge: California State University. McGinnis, A.L. (1995). Kekuatan optimisme. Jakarta: Mitra Utama Scheier, M. F. & Carver, C.R. (1985). Optimism, coping and health: Assesment and implications for generalized outcome expectancies. Health Psychology (4), p. 219-247 Scheier, M. F. & Carver, C.R. (1987). Dispositional optimism and physical well-being: The influence of generalized outcome expectancies on health. Journal of Personality (55), p. 169-210.in_ID
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/6408
dc.description.abstractDi dalam UU RI NO 17 TAHUN 2007, pendidikan karakter bangsa bertujuan untuk menciptakan anak bangsa yang Tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; yang kemudian diterjemahkan ke sekolah-sekolah melalui kebijakan Direktorat Jenderal Ptk Dikmen, Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2011 sehingga terdapat 8 karakter yang penting dikembangkan di sekolah, yaitu kejujuran, rasa tanggung jawab, semangat belajar, disiplin diri, kegigihan, apresiasi terhadap kebhinekaan, semangat berkontribusi, dan optimism. Mengacu pada aturan tersebut maka optimisme merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh siswa. Berbagai pihak sudah berupaya menelusuri ruang lingkup pengertian optimisme agar memiliki batasan yang lebih jelas sekaligus mengusulkan parameter yang dapat digunakan sebagai tolak ukur optimisme. Bagaimana pula pengembangan karakter pada golongan yang tidak sempat mengenyam status sebagai siswa. Penelitian ini ditujukan untuk menemukan parameter optimisme dengan menggali dimensi yang terdapat dalam optimisme dari perspektif golongan yang tidak memiliki status sebagai siswa. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan metode focused group discussion terhadap 14 orang remaja masjid dan 16 orang remaja karang taruna yang berusia 15-18 tahun di Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasilnya menunjukkan bahwa dimensi yang terdapat dalam optimisme ada tiga, yaitu permanensi, pervasif dan personalisasi. Permanensi adalah kemampuan untuk memandang bahwa kejadian buruk yang menimpa seseorang hanya bersifat sementara dan dapat dihindari di masa yang akan datang; pervasif adalah kemampuan untuk menemukan sisi positif dari setiap peristiwa; dan personalisasi adalah perasaan nyaman, optimis, ekspresif, memandang dunia dari perspektif positif.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartain_ID
dc.subjectdimensiin_ID
dc.subjectoptimismein_ID
dc.subjectpermanensiin_ID
dc.subjectpervasifin_ID
dc.subjectpersonalisasiin_ID
dc.titleDimensi Optimisme pada Remajain_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record