MODEL PENYELENGGARAAN TERPADU DAN EFEKNYA BAGI PENDIDIKAN POLITIK MASYARAKAT: PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH
Abstract
Pemilihan umum (Pemilu), yang terdiri atas pemilu legislative, pemilu
presiden, dan pemilu kepala daerah pada era reformasi sebagai proses pemunculan
wakil rakyat dan pejabat pimpinan melalui jalan pemilihan (voting), yang diproses
dalam pengambilan keputusan dengan skala yang sangat besar. Sistem politik
pada era reformasi yang cenderung demokratis partisipasif, memungkinkan
penyelenggaraan pemilu yang demikian.
Permasalahan yang timbul pada intinya adalah bagaimana
penyelenggaraan pemilu dan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan aspirasi
rakyat, berjalan dalam kondisi hukum dan etika politik, dan artinya bagi
pendidikan politik masyarakat. Dari sinilah, selanjutnya muncul sejumlah fokus
penelitian yang juga dapat dijadikan sebagai tujuan penelitian juga dapat dijadikan
sebagai tujuan penelitian. Dari hasil penelitian pendahuluan muncul sejumlah subfokus,
dan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah perubahan
format dan pemilu seperti yang dikehendaki oleh pemilih, dan konsekuensinya
pada perubahan regulasi berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu. Selanjutnya,
adalah menurunnya derajat partisipasi dalam pemilu di era reformasi;
penyelenggaraan kampanye pemilu sebagai proses dan efek komunikasi politik,
keterwakilan perempuan, penanam partai politik sebagai infrastruktur politik, dan
penetapan caleg DPR berpihak berdasarkan jumlah suara. Penelitian ini,
menggunakan metode kualitatif, melalui tahap-tahap yang telah ditentukan,
dengan analisis reflektif mengalir hingga pemaknaan temuan-temuan.
Penelitian ini membawa sejumlah hasil yang utama, bahwa publik
menghendaki adanya perubahan format pemilu, yang berarti perubahan sistem
publik, adalah pemilihan pemilu nasional (pusat) dengan pemilu daerah. Pemilu
Nasional merupakan gabungan dari pemilu legislative pusat (DPR dan DPD) dan
Pemilu Presiden. Pemilu daerah merupakan gabungan dari pemilu legislatif
Daerah (DPR Provinsi, Kabupaten, Kota) dan pemilu eksekutif daerah (Gubernur,
Bupati, Walikota). Pemilu Nasional dilaksanakan terlebih dahulu, baru disusul
pemilu daerah. Rentang waktu antara pemilu nasional dengan pemilu daerah,
selama dua tahun. Waktu dua tahun, untuk persiapan pemilu berikutnya,
mengevaluasi hasil pemilu yang sudah berlangsung, dan mengurangi tingkat
kejenuhan masyarakat untuk itu diperlukan perubahan sejumlah regulasi, terutama
UU politik, yang terdiri atas ini, tergantung dari keamanan politik pemeritah dan
DPR Perubahan Format Pemilu, berarti perubahan sistem pemilu.
Selain itu, menurunnya derajat partisipasi dalam pemilu, karena faktor
kejenuhan dengan tingginya frekuensi pemilihan secara langsung, dan faktor
apatisme, karena publik mengganggap bahwa pemilu yang ada belum dapat
memunculkan keputusan yang aspiratif. Dalam hal ini kampanye pemilu, publik
mengakui adanya peningkatan kualitas, tetapi belum optimal sebagai sarana
pendidikan politik masyarakat. Keterwakilan perempuan, masih dengan
pendekatan kuantitas, dan belum optimal pada pendekatan kualitas, citra dan
peranan partai politik sebagai infrastruktur politik, masih belum memadai sebagai
saluran aspirasi rakyat. Tetapi penetapan caleg DPR terpilih berdasarkan
perolehan suara terbanyak, memperoleh respon positif dari publik, karena
memperkuat hak pilih masyarakat.
Collections
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
Model penyelenggaraan pemilu terpadu dan efeknya bagi pendidikan masyarakat: Pemilu Nasional dan Pemilu Daerah
Nurhadiantomo, Nurhadiantomo; Wirabhumi, Eddy S (LPPM UMS, 2011-10)The political system that is used in this reform era, tend to be called as democratized-participatory political system. Participation which mentioned here includes political participation in the processes of planning, ... -
REFORMASI PEMILU DAN AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI : PERSPEKTIF KETATANEGARAAN
Azhari, Aidul Fitriciada (2004-09)General election has function to perform conducive condition for consolidation effort on democracy and to transform electoral democracy toward stable constitutional democracy. Although not all of relevant agenda might ... -
FUNGSI PENGUNGKAPAN, VARIASI KALIMAT, DAN MANFAAT ISI PESAN RAGAM BAHASA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) “KRIIING PEMILU” PADA SURAT KABAR SOLOPOS BULAN MARET 2004
Sabardila, Atiqa; Wahyudi, Agus Budi; Prasetiya, Hery Adi (2006-04)The objectives of this study are to describe the expression function, language variation, and the substance significance of SMS “Kriiing Pemilu.” The data-collecting method is documentation and the data-analyzing ...