dc.identifier.citation | Abdalati, Hammuda. (1978). Islam in focus. Indianapolis, USA: Amanna Publications. Ahmad Yani. (2009). Be excellent, menjadi pribadi yang terpuji. Jakarta: Khairu Ummah. Ahmad Hasan. (1985). Soal – jawab masalah agama (jilid 1 – 2). Bangil, Surabaya: Persatuan Islam. Anderson, Lorin W. (1981). Assessing affective characteristics in the schools. Boston Massachusetts: Allyn and Bacon,Inc Ardani, Mohammad. (2005). Akhlak tasawuf. Jakarta: Mitra Cahaya Utama. Barnawie Umary. (1998). Materi akhlak. Solo: CV. Ramadhani. Braswell, George W. (1996). Islam; It’s prophet, people, politics and power. Nashville, TN: Broadman and Holman Publisher. BSNP, (2009). 8 Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Choiruddin Hadhiri SP. (1994). Klasifikasi kandungan Al Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.. Clark, L. A. & Watson, D. (1995). Constructing validity: Basic issues in objective DepDikNas. (2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: DepDikNas. DepDikNas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: DepDikNas. Djaali dan Pudji Mulyono. (2008). Pengukuran dalam pendidikan. Jakarta: Grasindo. Djemari Mardapi. (1996). Penilaian unjuk kerja, usaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (Pidato Dies Natalis XXXII IKIP Yogyakarta). Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. --------------------------. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Mitra Cendekia. Endang Saefuddin Anshari. (1986). Wawasan Islam. Jakarta: Rajawali Garson, D. (2006). Structural equation modeling. Diambil pada tanggal 20 Agustus 2011, dari http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa 765/structur.htm. Goodlad, John I. (1984). A place called school, prospect for the future. USA: McGraw-Hill Book Company. Husni Rahim. (2001). Arah baru pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Islam.Jakarta. Ibnu Maskawaih. (1997). Tahdzibul akhlak. Edisi bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Mustofa. Bandung: Pustaka Setia. Imam Gazali. (2005). Ringkasan ihya ulumudin (tahqiq dan tahrij : Ahmad Abdurroziq al Bahri) cetakan ke-8. Jakarta: Sahara. Robinson, John.P and Shaver, Philip R. (1969). Measures of social psychological attitudes . dimension of religiousity. Survey Research Center (Institute for Social Research) The University of Michigan, Michigan, USA. Ramayulis. (2002). Ilmu pendidikan Islam. Kalam Mulia. Jakarta Siddiqui, Ataulah. (1997). Ethics in Islam: key consepts and contemporary challenges. Journal of Moral Education, V.26. No:4. Liechester, UK: Islamic Foundation. Swarup, Ram. (1983). Understanding Islam through hadis. New Delhi, India, Voice of India. Waluchow, Wilfrid.J. (2003). The Dimension of ethics: an introduction to ethical theory. Canada: Broadviewpress. Zahrudin AR. (2004). Pengantar ilmu akhlak. Jakarta: Raja Grasindo Persada. | in_ID |
dc.description.abstract | Untuk menilai ketercapaian akhlak peserta didik dapat dilakukan bila telah diidentifikasi konstruk akhlak. Konstruk akhlak dapat dikembangkan melalui beberapa pendekatan , salah satunya dengan menggunakan pendekatan akhlak sebagai aspek afektif dan konsep religiousity dari Glock and Stark (1966). Pendekatan akhlak sebagai aspek afektif menggunakan analogi 7 karakteristik penilaian afektif dari Anderson (1981: 32-37). Berdasarkan analisis maka akhlak termasuk dalam karakteristik nilai moral. Sebagai konsep religiousity, konstruk akhlak dikembangkan berdasarkan Dimension of Religiousity. Glock and Stark mengkategorikan komponen religiousity dalam 4 dimensi yaitu dimensi experiential, ideological, ritualistic dan consequential. Dalam pengukuran akhlak peserta didik dimensi religiousity yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah dimensi ritualistic dan consequential. Dimensi ritualistic mencakup aspek pelaksanaan ritual atau ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap Tuhannya (Allah). Sedangkan dimensi consequential mencakup efek atau pengaruh agama terhadap kehidupan seseorang. Untuk mengukur akhlak peserta didik dengan menggunakan pendekatan aspek religiousity hal yang mungkin dapat dilakukan adalah mengukur hal-hal yang potensial dapat diukur (Robinson and Shaver, 1966: 552). Dalam pengukuran akhlak juga diperhatikan aspek target, intensitas dan arah dari akhlak yang diukur. Hasil analisis faktor konfirmatori (CFA) berdasarkan data empirik menunjukkan bahwa konstruk akhlak peserta didik mencakup dimensi akhlak kepada Allah, akhlak kepada Nabi Muhammad saw, akhlak kepada orangtua, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada guru, akhlak kepada teman/tetangga/masyarakat, dan akhlak kepada lingkungan. Instrumen yang disusun berdasarkan konstruk akhlak tersebut mempunyai kehandalan internal antara 0.865 – 0.921 (tinggi) dan reliabilitas interater 0.866 (tinggi) dan koefisien Cohens’ Kappa 0.770 (sangat baik), serta stabilitas antara 0.715 sampai 0.858 (baik sampai sangat baik). | in_ID |